Wonosobo adalah kota berhawa dingin. Tesis ini dilatari oleh posisi geografis kota yang akrab bergumul dengan gunung dan pegunungan. Diarah utara kota Wonosobo, memanjang deretan pegunungan Dieng. Sedangkan di sebelah timur memaku dengan gagah gunung Sindoro.
Wonosobo adalah kota santri, sebab ratusan Pondok Pesantren berdiri di kota ini. Wilayah sebaran Pondok Pesantren pun hampir merata di tiap kecamatan. Dua Pesantren terbesar di Wonosobo, adalah PTQ Al-Asy’ariyyah di Kalibeber, serta Pesantren Raudhotuttholibin wattullab di Jawar. Kedua Pesantren ini berada di wilayah kecamatan Mojotengah. Lewat keberadaan Pesantren-pesantren ini, secara signifikan, dakwah Islam di Wonosobo berkembang cukup baik.
NU Wonosobo
Tak bisa disangkal, mayoritas warga Wonosobo adalah simpatisan dari Nahdlatul Ulama. Ini bisa dilihat, dari maraknya pelaksanaan amaliyah harian warga Wonosobo, seperti tahlilan, diba’an, barzanjian, dalailan, thoriqohan dan lain sebagainya.
Secara historis, berdasar beberapa catatan sejarah, Nahdlatul Ulama di Wonosobo lahir pada tahun 1933 M. Dengan dasar, bahwa NU Wonosobo didirikan usai berlangsungnya Muktamar NU di Cirebon pada 29 Agustus 1931 atau 12 Rabiul Tsani 1350 H. Pendapat lain mengatakan bahwa NU di Wonosobo sudah ada sekitar tahun 1930 M, namun secara tertib organisasi baru diadakan pelantikan dua tahun kemudian.
Ketika itu, pelantikan NU Wonosobo dilangsungkan di rumah Sayyid Ibrohim ( Saat ini : Kauman Utara samping Gedung PRIMKOVERI) dengan dihadiri oleh ulama’ dan Kyai-kyai Wonosobo serta masyarakat. Turut hadir dalam pelantikan itu, Almaghfurlah KH. Abdul Wahab Hasbullah, bertindak sebagai pembaca Al Qur’an kala itu adalah “Mbah Muntaha” Kalibeber yang saat itu asih remaja.Sebagai Rois Syuriah pertama Wonosobo, Sayyid Ibrohim dengan katibnya Sayyid Muhsin. Ketua Tanfidziyah Atmodimejo dan katibnya Abu Bakar.
Sejak saat itulah, Nahdlatul Ulama Wonosobo terus bergerak dan berkembang. Menancapkan dakwah ala Ahlussunnah Wal Jama’ah di bumi Wonosobo. Setelah melewati masa-masa sulit era kolonial penjajahan, NU Wonosobo hari ini, telah berhasil memberi warna tersendiri bagi masyarakat Wonosobo terutama dalam bidang agama seiring dinamika yang terkembang di masyarakat.
(Bahan bacaan : Sejarah dan Wacana Pemikiran Ke Islaman, Nahdlatul Ulama Wonosobo dari masa ke masa, Ahmad Muzan (ED), Penerbit : Yayasan Fata Nugraha)
Wonosobo adalah kota santri, sebab ratusan Pondok Pesantren berdiri di kota ini. Wilayah sebaran Pondok Pesantren pun hampir merata di tiap kecamatan. Dua Pesantren terbesar di Wonosobo, adalah PTQ Al-Asy’ariyyah di Kalibeber, serta Pesantren Raudhotuttholibin wattullab di Jawar. Kedua Pesantren ini berada di wilayah kecamatan Mojotengah. Lewat keberadaan Pesantren-pesantren ini, secara signifikan, dakwah Islam di Wonosobo berkembang cukup baik.
NU Wonosobo
Tak bisa disangkal, mayoritas warga Wonosobo adalah simpatisan dari Nahdlatul Ulama. Ini bisa dilihat, dari maraknya pelaksanaan amaliyah harian warga Wonosobo, seperti tahlilan, diba’an, barzanjian, dalailan, thoriqohan dan lain sebagainya.
Secara historis, berdasar beberapa catatan sejarah, Nahdlatul Ulama di Wonosobo lahir pada tahun 1933 M. Dengan dasar, bahwa NU Wonosobo didirikan usai berlangsungnya Muktamar NU di Cirebon pada 29 Agustus 1931 atau 12 Rabiul Tsani 1350 H. Pendapat lain mengatakan bahwa NU di Wonosobo sudah ada sekitar tahun 1930 M, namun secara tertib organisasi baru diadakan pelantikan dua tahun kemudian.
Ketika itu, pelantikan NU Wonosobo dilangsungkan di rumah Sayyid Ibrohim ( Saat ini : Kauman Utara samping Gedung PRIMKOVERI) dengan dihadiri oleh ulama’ dan Kyai-kyai Wonosobo serta masyarakat. Turut hadir dalam pelantikan itu, Almaghfurlah KH. Abdul Wahab Hasbullah, bertindak sebagai pembaca Al Qur’an kala itu adalah “Mbah Muntaha” Kalibeber yang saat itu asih remaja.Sebagai Rois Syuriah pertama Wonosobo, Sayyid Ibrohim dengan katibnya Sayyid Muhsin. Ketua Tanfidziyah Atmodimejo dan katibnya Abu Bakar.
Sejak saat itulah, Nahdlatul Ulama Wonosobo terus bergerak dan berkembang. Menancapkan dakwah ala Ahlussunnah Wal Jama’ah di bumi Wonosobo. Setelah melewati masa-masa sulit era kolonial penjajahan, NU Wonosobo hari ini, telah berhasil memberi warna tersendiri bagi masyarakat Wonosobo terutama dalam bidang agama seiring dinamika yang terkembang di masyarakat.
(Bahan bacaan : Sejarah dan Wacana Pemikiran Ke Islaman, Nahdlatul Ulama Wonosobo dari masa ke masa, Ahmad Muzan (ED), Penerbit : Yayasan Fata Nugraha)
Komentar
Posting Komentar